Monday, July 9, 2018

CINTA SEORANG SKIZOFERNIA - KANTOR POLISI

Assalamualaikum ManTeman 🙇

Aku mau ngelanjutin cerita yang judulnya "Cinta Seorang Skizofernia". Tapi, bagi ManTeman yang belum baca tulisan saya sebelumnya, ada baiknya di baca dulu biar paham alur ceritanya 😊 Link nya ada di bawah ini yahh 👇👇👇

Prolog 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-prolog.html
1. Kelulusan 👉  http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-kelulusan.html
2. SMA  👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-sma.html
3. Persiapan Pindahan 👉 https://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-persiapan.html?showComment=1527177845795#c1682519686773399213 
4. Pindahan 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-pindahan.html
5. Sekolah Baru 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-sekolah-baru.html?m=1
6. Ibu Penjaga UKS 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-ibu-penjaga.html?m=1
7. Tukang Kebun Sekolah 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-tukang-kebun.html?m=1
8. Toni dan Ibu 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-toni-dan-ibu.html?m=1
9. Teroris 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-teroris.html?m=1

10. KANTOR POLISI

Saat di kantor polisi aku diajukan beberapa pertanyaan. Tentu saja aku menjawab seperti apa adanya. Tak ada sedikitpun hal – hal yang ku sembunyikan. Namun, hal tersebut malah tidak dipercaya oleh para polisi itu.

Beberapa lama di kantor polisi, Ibu datang. Sepertinya Toni yang member tahu. Syukurlah, semoga Ibu bisa membela ku dan membuat ku keluar dari tempat ini.

Belum sempat Ibu berbicara dengan ku, Ibu diajak untuk berbicara dengan salah seorang polisi dalam suatu ruangan. Cukup lama Ibu di ruangan itu dan membuat ku lelah menunggu.
***

Saya sedang melayani beberapa pelanggan yang datang ke toko roti saya. Cukup ramai pelanggan hari ini yang membuat saya tak henti – hentinya bersyukur. Ntah kenapa fikiran saya lalu tertuju pada Cinta. Sepertinya walau tetap di rumah saya tetap tidak memiliki waktu yang banyak untuk Cinta.

Beberapa saat setelah itu telepon genggam saya berbunyi dan itu panggilan dari nomor yang tidak pernah saya simpan sebelumnya.

Singkat cerita yang menelepon itu ternyata Toni temannya Cinta. Kabarnya Cinta ada masalah dan di bawa ke kantor polisi. Tentu saja saya kaget saat mengetahui kalau Cinta sampai di bawa ke kantor polisi. Sebesar apa masalah yang ia buat. Tanpa pikir panjang saya langsung menutup toko dan pergi ke kantor polisi sesuai arahan dari Toni.

Saat tiba, saya melihat Cinta dengan seragam yang penuh bercak merah. Apa itu darah? Atau hanya cairan kimia? Apa yang terjadi sebenarnya? Banyak sekali pertanyaan yang ingin saya ketahui jawabannya.

“Ibu dari saudari Cinta?” tanya salah seorang polisi sebelum saya menghampiri Cinta.

“Iya benar” jawab saya singkat.

“Bisa ikut saya?” ajak polisi itu. Tanpa mengeluarkan kalimat apapun, saya mengikuti polosi itu masuk ke dalam suatu ruangan.

Dalam ruangan itu ada Toni duduk di sebuah kursi. Saya pun di persilahkan untuk duduk di samping Toni.

“Jadi anak Ibu telah melukai salah satu gurunya yang dianggapnya itu teroris” jelas polisi itu dengan singkat.

“Melukai? Teroris? Maksudnya apa Pak? Saya benar – benar tidak mengerti dengan kasus yang menimpa anak saya” tanya saya pada Polisi itu.

“Jadi gini Bu, anak Ibu berfikiran kalau gurunya itu adalah seorang teroris yang anak mencelakai teman – temannya. Dari hasil penyelidikan yang kami lakukan tidak ada satupun modus dalam kasus ini selain gangguan mental yang sepertinya dialami oleh anak Ibu. Kebetulan Ibu ada di sini saya juga ingin menanyakan beberapa hal tentang anak Ibu” jelas polisi itu.

Saya menjadi paham apa yang terjadi saat ini dan sepertinya saya sudah terlambat untuk bertindak membawa Cinta ke psikiater. “Baik pak, apa yang bisa saya bantu?” tanya saya ke polisi tersebut.

“Apakah Ibu mengenal Tiara?” tanya polisi itu.

“Saya juga tidak begitu yakin Pak. Tapi, selama di Surabaya Cinta mengaku memiliki teman yang bernama Tiara. Tapi, saya sendiri tidak pernah melihat temannya tersebut walau dia mengatakan temannya ada di samping saya” jelas saya apa adanya pada polisi tersebut.

“Sepertinya apa yang saya fikirkan bernar terjadi. Tapi saya tidak memiliki hak apapun untuk menyimpulkan hal – hal yang berbau klinis seperti ini. Toni teman anak anda tadi juga sudah menceritakan kalau Cinta sering bertemu Ibu pengjaga UKS dan Bapak tukang kebun sekolah yang dipercaya Cinta sebagai Paman dan Bibi dari Tiara. Tapi, pada kenyataannya orang – orang tersebut memang tidak ada di kehidupan nyata. Saat mewawancarai Cinta, dia sangat yakin kalau ketiga orang itu ada. Saat ini anak Ibu sepertinya sedang di tangani oleh seorang psikiater di ruang yang berbeda dan kita bisa mengambil kesimpulan dari hasil yang di dapatkan oleh psikiater tersebut” jelas Polisi itu.

Sebenarnya saya benar – benar kaget dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi saya memiliki mental yang cukup untuk tidak bertindak ceroboh. Saya ingin yang terbaik untuk Cinta dan saya rasa dengan mendapatkan penanganan dari seorang psikiater adalah hal yang baik

Setelah berbicara panjang lebar dengan polisi itu, saya dan Toni dipersilahkan untuk menunggu di luar. Saat duduk di ruang tunggu itu, saya bertanya pada Toni “Apa kamu masih mau berteman dengan Cinta?”

“Maksudnya Bu?” tanya Toni pada saya.

“Iya… jika cinta memang mengalami gangguan pada mentalnya, apa kamu tidak takut dengan Cinta dan ingin meninggalkannya?” tanya saya pada Toni.

“Saya sudah berjanji untuk menjaga Cinta Bu. Lagi pula Cinta selalu baik ke saya, jadi tak ada alasan untuk saya menjauhinya” Jawab Toni.

Jawaban Toni membuat saya malu sebagai Ibu yang sempat putus asah untuk anak saya sendiri. Padahal ini semua salah saya yang tidak memiliki banyak waktu untuk Cinta. Bahkan Toni orang baru dalam hidup Cinta bisa menerima Cinta seperti apapun kondisi yang dialami Cinta.

“Terimakasih Nak Toni” ungkap saya kepada Toni.

Toni membalas dengan senyum dan berkata “Iya Bu”.

Saya lalu menunggu cukup lama di ruang tunggu itu sampai Cinta selesai di periksa.
***
Share:

0 komentar:

Post a Comment