Aku mau ngelanjutin cerita yang judulnya "Cinta Seorang Skizofernia". Tapi, bagi ManTeman yang belum baca tulisan saya sebelumnya, ada baiknya di baca dulu biar paham alur ceritanya 😊 Link nya ada di bawah ini yahh 👇👇👇
Prolog 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-prolog.html
1. Kelulusan 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-kelulusan.html
2. SMA 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-sma.html
3. Persiapan Pindahan 👉 https://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-persiapan.html?showComment=1527177845795#c1682519686773399213
4. Pindahan 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-pindahan.html
5. Sekolah Baru 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-sekolah-baru.html?m=1
6. Ibu Penjaga UKS 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-ibu-penjaga.html?m=1
7. Tukang Kebun Sekolah 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-tukang-kebun.html?m=1
8. Toni dan Ibu 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-toni-dan-ibu.html?m=1
9. Teroris 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-teroris.html?m=1
10. KANTOR POLISI
Saat di
kantor polisi aku diajukan beberapa pertanyaan. Tentu saja aku menjawab seperti
apa adanya. Tak ada sedikitpun hal – hal yang ku sembunyikan. Namun, hal
tersebut malah tidak dipercaya oleh para polisi itu.
Beberapa
lama di kantor polisi, Ibu datang. Sepertinya Toni yang member tahu. Syukurlah,
semoga Ibu bisa membela ku dan membuat ku keluar dari tempat ini.
Belum
sempat Ibu berbicara dengan ku, Ibu diajak untuk berbicara dengan salah seorang
polisi dalam suatu ruangan. Cukup lama Ibu di ruangan itu dan membuat ku lelah
menunggu.
***
Saya
sedang melayani beberapa pelanggan yang datang ke toko roti saya. Cukup ramai
pelanggan hari ini yang membuat saya tak henti – hentinya bersyukur. Ntah
kenapa fikiran saya lalu tertuju pada Cinta. Sepertinya walau tetap di rumah
saya tetap tidak memiliki waktu yang banyak untuk Cinta.
Beberapa
saat setelah itu telepon genggam saya berbunyi dan itu panggilan dari nomor
yang tidak pernah saya simpan sebelumnya.
Singkat
cerita yang menelepon itu ternyata Toni temannya Cinta. Kabarnya Cinta ada
masalah dan di bawa ke kantor polisi. Tentu saja saya kaget saat mengetahui
kalau Cinta sampai di bawa ke kantor polisi. Sebesar apa masalah yang ia buat.
Tanpa pikir panjang saya langsung menutup toko dan pergi ke kantor polisi
sesuai arahan dari Toni.
Saat
tiba, saya melihat Cinta dengan seragam yang penuh bercak merah. Apa itu darah?
Atau hanya cairan kimia? Apa yang terjadi sebenarnya? Banyak sekali pertanyaan
yang ingin saya ketahui jawabannya.
“Ibu
dari saudari Cinta?” tanya salah seorang polisi sebelum saya menghampiri Cinta.
“Iya
benar” jawab saya singkat.
“Bisa
ikut saya?” ajak polisi itu. Tanpa mengeluarkan kalimat apapun, saya mengikuti
polosi itu masuk ke dalam suatu ruangan.
Dalam
ruangan itu ada Toni duduk di sebuah kursi. Saya pun di persilahkan untuk duduk
di samping Toni.
“Jadi
anak Ibu telah melukai salah satu gurunya yang dianggapnya itu teroris” jelas
polisi itu dengan singkat.
“Melukai?
Teroris? Maksudnya apa Pak? Saya benar – benar tidak mengerti dengan kasus yang
menimpa anak saya” tanya saya pada Polisi itu.
“Jadi
gini Bu, anak Ibu berfikiran kalau gurunya itu adalah seorang teroris yang anak
mencelakai teman – temannya. Dari hasil penyelidikan yang kami lakukan tidak
ada satupun modus dalam kasus ini selain gangguan mental yang sepertinya
dialami oleh anak Ibu. Kebetulan Ibu ada di sini saya juga ingin menanyakan
beberapa hal tentang anak Ibu” jelas polisi itu.
Saya
menjadi paham apa yang terjadi saat ini dan sepertinya saya sudah terlambat
untuk bertindak membawa Cinta ke psikiater. “Baik pak, apa yang bisa saya
bantu?” tanya saya ke polisi tersebut.
“Apakah
Ibu mengenal Tiara?” tanya polisi itu.
“Saya
juga tidak begitu yakin Pak. Tapi, selama di Surabaya Cinta mengaku memiliki
teman yang bernama Tiara. Tapi, saya sendiri tidak pernah melihat temannya
tersebut walau dia mengatakan temannya ada di samping saya” jelas saya apa
adanya pada polisi tersebut.
“Sepertinya
apa yang saya fikirkan bernar terjadi. Tapi saya tidak memiliki hak apapun
untuk menyimpulkan hal – hal yang berbau klinis seperti ini. Toni teman anak
anda tadi juga sudah menceritakan kalau Cinta sering bertemu Ibu pengjaga UKS
dan Bapak tukang kebun sekolah yang dipercaya Cinta sebagai Paman dan Bibi dari
Tiara. Tapi, pada kenyataannya orang – orang tersebut memang tidak ada di
kehidupan nyata. Saat mewawancarai Cinta, dia sangat yakin kalau ketiga orang
itu ada. Saat ini anak Ibu sepertinya sedang di tangani oleh seorang psikiater
di ruang yang berbeda dan kita bisa mengambil kesimpulan dari hasil yang di
dapatkan oleh psikiater tersebut” jelas Polisi itu.
Sebenarnya
saya benar – benar kaget dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi saya memiliki
mental yang cukup untuk tidak bertindak ceroboh. Saya ingin yang terbaik untuk
Cinta dan saya rasa dengan mendapatkan penanganan dari seorang psikiater adalah
hal yang baik
Setelah
berbicara panjang lebar dengan polisi itu, saya dan Toni dipersilahkan untuk
menunggu di luar. Saat duduk di ruang tunggu itu, saya bertanya pada Toni “Apa
kamu masih mau berteman dengan Cinta?”
“Maksudnya
Bu?” tanya Toni pada saya.
“Iya…
jika cinta memang mengalami gangguan pada mentalnya, apa kamu tidak takut
dengan Cinta dan ingin meninggalkannya?” tanya saya pada Toni.
“Saya
sudah berjanji untuk menjaga Cinta Bu. Lagi pula Cinta selalu baik ke saya,
jadi tak ada alasan untuk saya menjauhinya” Jawab Toni.
Jawaban
Toni membuat saya malu sebagai Ibu yang sempat putus asah untuk anak saya
sendiri. Padahal ini semua salah saya yang tidak memiliki banyak waktu untuk
Cinta. Bahkan Toni orang baru dalam hidup Cinta bisa menerima Cinta seperti
apapun kondisi yang dialami Cinta.
“Terimakasih
Nak Toni” ungkap saya kepada Toni.
Toni
membalas dengan senyum dan berkata “Iya Bu”.
Saya
lalu menunggu cukup lama di ruang tunggu itu sampai Cinta selesai di periksa.
***
0 komentar:
Post a Comment