Thursday, July 12, 2018

CINTA SEORANG SKIZOFERNIA - PSIKIATER

Assalamualaikum ManTeman 🙇

Aku mau ngelanjutin cerita yang judulnya "Cinta Seorang Skizofernia". Tapi, bagi ManTeman yang belum baca tulisan saya sebelumnya, ada baiknya di baca dulu biar paham alur ceritanya 😊 Link nya ada di bawah ini yahh 👇👇👇

Prolog 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-prolog.html
1. Kelulusan 👉  http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-kelulusan.html
2. SMA  👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-sma.html
3. Persiapan Pindahan 👉 https://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-persiapan.html?showComment=1527177845795#c1682519686773399213 
4. Pindahan 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-pindahan.html
5. Sekolah Baru 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-sekolah-baru.html?m=1
6. Ibu Penjaga UKS 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-ibu-penjaga.html?m=1
7. Tukang Kebun Sekolah 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-tukang-kebun.html?m=1
8. Toni dan Ibu 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-toni-dan-ibu.html?m=1
9. Teroris 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-teroris.html?m=1
10. Kantor Polisi 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/07/cinta-seorang-skizofernia-kantor-polisi.html?m=1

11.PSIKIATER

“Permisi Dek” suara itu dibarengi dengan sentuhan lembut pada pundak ku.


Kulihat seorang wanit muda dengan baju putih mencoba untuk membangunkan ku “Iya kak?” tanya ku pada orang tersebut.


“Cinta yah?” tanya orang tersebut.


“Iya saya Cinta” jawab ku.


“Saya dokter Sisi, ikut saya ke ruang konseling sebentar yah” ajak orang yang mengaku dokter itu.


Saat berdiri saya baru menyadari ternya saya masih di kantor polisi. Tanpa memperhatikan lebih lanjut orang – orang di sekitar ku, aku mengikuti dokter Sisi masuk ke dalam sebuah ruangan.



“Cinta apa kabar?” tanya dokter itu saat kami duduk berhaddapan.



“Buruk Dok. Tapi saya tidak sakit, kenapa dokter memanggil ku?” tanya ku ke dokter itu.


“Katanya tidak sakit tapi kok kabarnya buruk dek?” sudah lama rasanya aku tidak di panggil adek.



“Bagaimana tidak buruk dok, saya baru saja menangkap seorang teroris tapi saya malah dianggap penjahat dan di bawa ke kantor polisi. Sedangkan teroris itu malah mendapatkan layanan kesehatan” jelas saya ke Dokter Sisi.


“Kenapa kamu bisa beranggapan kalau orang yang kamu tangkap itu seorang teroris?” tanya Dokter Sisi dengan penuh antusias.


Saya senang dengan cara Dokter Sisi mengajukan pertanyaan demi pertanyaan untuk ku. Saya merasa seperti dihargai dalam setiap kalimat yang saya lontarkan. Sayapun dengan terbuka menceritakan tentang Ibu penjaga UKS, Bapak tukang kebun dan juga tentang sahabat ku Tiara. Bukan cuman itu saja, saya juga menceritakan tentang Ibu, Ayah, saudarah – saudarah ku, juga tentang pertemanan ku.


Dokter Sisi benar – benar mendengarkan dengan penuh antusias. Saya senang, saya merasa mendapat perhatian di tempat ini. Saya ingin terus bercarita dengan Dokter Sisi.


“Apa yang kamu fikirkan tentang Ibu penjaga UKS itu?” tanya dokter sisi di tengah – tengah perbincangan kami.


“Aku berharap memiliki Ibu sepertinya. Dia baik, perhatian dan juga lembut. Kenapa Ibu saya tidak seperti dia? Apa saya harus menyuruh Ibu saya belajar pada Ibu penjaga UKS itu yah Dok?”


Setelah itu Dokter Sisi banyak memberi aku beberapa nasehat yang benar – benar bisa membuat aku merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya.



Hingga akhirnya Dokter Sisi berkata “Cinta tahu nggak kalau Ibu penjaga UKS, Bapak tukang kebun dan sahabat kamu Tiara itu semua nggak ada?”


“Kok dokter berfikit demikian?” tanya ku dengan heran.


“Iya sayang… mereka semua hanya teman – teman dalam dunia imajinasi mu saja” jawan Dokter Sisi.


Aku benar – benar tidak bisa menerima perkataan Dokter Sisi. Tapi, Dokter itu menjelaskan dengan detil dan sangat lembut yang membuat saya tidak ingin marah dengannya. Saya tidak ingin melukai hati Dokter Sisi.


Saya mencoba menerima perkata Dokter Sisi walau sebenarnya sangat tidak masuk akal menurut ku. Tapi, setelah ku fikir – fikir lagi benar juga, mana ada seorang utusan polisi yang mempergunakan murid SMA sebagai orang yang bisa melumpuhkan teroris.


“Lalu saya gila dok?” tanya saya kepada Dokter Sisi di akhir perbincangan kami.



“Tidak gila, kamu hanya sedikit berbeda Dek” jawab Dokter Sisi. Setelah itu saya mendapat manya informasi mengenai halusinasi yang saya alami dan bagaimana cara menanganinya.

***



Saat Cinta keluar dari ruang konseling, saya secara reflex berdiri “Dokter Sisi?” tanya saya saat melihat Dokter yang berdiri di belakang Cinta. Dia adalah psikiater yang pernah saya mintai kartu tanda pengenalnya.


“Loh Ibu ternyata. Bisa ikut saya ke dalam dulu Bu?” ajak Dokter Sisi dengan lembut, lalu dokter itu itu berkata pada Cinta “Cinta duduk sama temannya dulu yah dek”.



“Iya Dokter” jawab Cinta.


Saya lalu masuk bersama Dokter Sisi ke dalam ruang konseling itu. Saat duduk berdepanan, Dokter Sisi berkata “apa ibu siap dengan kondisi apapun yang menimpa anak Ibu?”


“Apapun itu saya harus siap dan saya harap Dokter Bisa membantu saya untuk menemukan solusinya” kata saya ke Dokter Sisi.


“Baiklah Bu… jadi Cinta terdiagnosi Skizofernia. Hal tersebut membuat Cinta mengalami halusinasi – halusinasi seperti munculnya tokoh Tiara, Ibu pendaja UKS dan Bapak tukang kebun. Saya rasa Ibu pasti sudah tahu dari penjelasan polisi tadi”


“Lalu Dok?”


“Sosok Tiara ini timbul akibat Cinta yang kesepian dan tidak memiliki teman, sedangankan sosok Ibu penjaga UKS ini timbul akubat harapan Cinta untuk mendapatkan perhatian dari seorang Ibu dan untuk sosok Bapak tukang kebun saya rasa timbul dari rasa Cinta yang ingin dipercayai oleh orang – orang disekelilingnya”


“Apa Cinta bisa sembuh Dok?”


“Sembuh secara total tidak, tapi untuk mengurangi bahkan menghilangkan halusinasi yang Cinta alami bisa dengan mengkonsumsi beberapa obat yang akan saya tuliskan nanti. Gangguan Skizofernia ini membuat Cinta tidak bisa membedakan yang mana kenyataan dan yang mana halusinasinya, dengan obat yang akan saya berikan bisa membantu Cinta untuk membedakan kedua hal tersebut.”



“Terimakasih banyak atas bantuannya Dok” kata saya kepada Dokter Cinta di akhir pembicaraan kami. Saya lalu keluar dari ruang konseling tersebut dan mengurus beberapa hal di pihak kepolisian untuk kelanjutan kasus Cinta.

***



Saat Ibu dan Dokter Sisi masuk, saya duduk di samping Toni dengan fikiran tentang apa yang sudah saya alami. “Ton…” kata ku ke Toni.


“Ada apa Cin?” tanya Toni.


“Aku gila. Kamu masih mau jadi teman ku?”


“Nggak Cin”


“Kenapa?”


“Aku nggak akan jadi teman kamu kalau kamu mau jadi pacar ku. Tapi kalau kamu nggak mau, aku mau kok jadi teman kamu”


“Maksudnya?”


“Maksudnya, kamu mau nggak jadi pacar ku?”


“Aku ini Gila Toni…”


“Kalau kamu gila, aku tinggal belajar sungguh – sungguh dan berusaha masuk kedokteran lalu ambil spesialis jiwa agar kamu tidak perlu di rawa dengan dokter yang nggak kamu kenal”



“Tapi Ton…”


“Kamu mau nggak jadi pacar aku Cin?”


“Aku mau Ton”


“Bagus deh… Maaf yah nggak romantic, tembanya di kantor polisi pula”


“Nggak apa – apa Ton… aku suka kok. Terimakasih yah”


“Untuk?”


“Karena kamu mau terima aku yang gila ini”


“Aku nggak perduli Cinta… intinya aku sayang sama kamu”


Aku benar – benar tidak menyangka kalau Toni malah akan mengak ku pacaran di saat dia sendiri mengetahui kalau kejiwaan ku memang tidak baik. Aku sangat bersyukur memilikinya dalam hidup ku yang penuh kekurangan ini.


Tidak lama setelah itu ibu keluar dan mengurus beberapa hal dengan polisi. Aku tidak di tahan, tapi sebagai gantinya aku harus mengunjungi klinik Dokter Sisi seminggu sekali. Dan sekolah ku, aku dikeluarkan dari sekolah dan harus mencari sekolah baru lagi.


Setelah magrib semua urusan terselesaikan dan kami bisa pulang ke rumah. Ibu membawa mobil dan Toni ditawarin Ibu untuk diantar sampai rumahnya. Selama perjalanan rasanya sangat sunyi tak ada yang membuka pembicaraan.


“Terimakasih Bu…” kata Toni saat turun di depan rumahnya. Setelah itu mobil melaju menuju rumah.


Saat tiba di rumah, Ibu langsung berkata “Maafkan Ibu Nak”


“Maafkan Cinta juga Bu” kalimat itu sangat berat ku ucapkan, tapi ada rasa yang mengalahkan ego ku itu.


Setelah itu Ibu memeluk ku dan menangis. Akupun ikut menangis dibuatnya. Aku benar- benar tidak pernah melihat Ibu menangis sebelumnya dan aku tidak pernha menangis di depan Ibu kecuali saat aku masih bayi. Tapi, pada malam itu aku merasa kami dengan saling menukar parasaan. Aku turut merasakan sedih yang Ibu rasakan dan Ibu turut merasakan sedih yang aku rasakan.

***



Setelah kejadian malam itu, hubungan ku dengan Ibu menjadi sangat baik. Walau Ibu sibuk dengan Toko Rotinya, tapi dia akan tutup saat sore hari dan menemani ku mengerjakan hal apapun itu di rumah.


Aku bahkan beberapa kali bercerita tentang Toni ke Ibu. Aku menjadi anak yang terbuka pada Ibu semenjak kejadian di kantor Polisi itu.


Aku juga mendatangi guru yang telah ku lukai dan meminta maaf padanya. Dan syukur saya guru itu tidak menyimpan benci terhadap ku. Aku memang tidak berharap untuk kembali ke sekolah itu, tapi aku tidak ingin meninggalkan kesan yang lebih buruk lagi.


Dokter Sisi? Aku selalu bertemu dengannya di akhir pecan. Aku selalu diperi beberapa obat yang tidak boleh berhenti ku minum pada waktunya. Sebenarnya obat – obat itu membuat ku sulit untuk beraktivitas dengan aktif, tapi setidaknya aku tidak merugikan banyak orang itu sudah lebih dari cukup.


Ayah sudah mengetahui kondisi ku. Stelah tahu ia langsung mengambil cuti beberapa minggu dan kami menghabiskan cuti ayah dengan bersantai di rumah. Bukan cuman Ayah, tapi kedua Kakak dan istrinya datang ke rumah dan rumah itu benar – benar sangat ramai serta mengasikkan.



Toni, dia ikut pindah sekolah dengan ku. Anak itu sering sekali menemani ku ke Dokter Sisi dan ikut nimbrung saat membicarakan kondisi ku. Aku rasa dia benar – benar tertarik dengan dunia kejiwaan.


Aku merasa bahagiah dengan keadaan ku sekarang. Walau kenyataannya aku tahu, kalau aku adalah seorang Skizofernia.

***
 
Share:

0 komentar:

Post a Comment