Aku mau ngelanjutin cerita yang judulnya "Cinta Seorang Skizofernia". Tapi, bagi ManTeman yang belum baca tulisan saya sebelumnya, ada baiknya di baca dulu biar paham alur ceritanya 😊 Link nya ada di bawah ini yahh 👇👇👇
Prolog 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-prolog.html
1. Kelulusan 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-kelulusan.html
2. SMA 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-sma.html
3. Persiapan Pindahan 👉 https://catatanaanakrantau.blogspot.co.id/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-persiapan.html?showComment=1527177845795#c1682519686773399213
4. Pindahan 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/05/cinta-seorang-skizofernia-pindahan.html
5. Sekolah Baru 👉 http://catatanaanakrantau.blogspot.com/2018/06/cinta-seorang-skizofernia-sekolah-baru.html?m=1
6. IBU PENJAGA UKS
Sebulan
sudah aku sekolah di sekolah ini. Saat itu hari senin dan aku lagi benar –
benar tidak enak badan. Sebenarnya aku tidak ingin masuk sekolah, tapi ada
beberapa tugas yang harus ku kumpulkan hari itu juga.
Ibu
tidak tahu kalau aku sakit. Ibu memang sekarang lebih sering di rumah. Tapi,
tetap saja dia sibuk. Ibu membuka tiko roti di samping rumah dan kehidupannya
hampir 24 jam di dalam toko barunya itu.
Karena
aku tidak enak badan, aku ijin ke UKS dengan petugas kesehatan upacara. Dengan
lemah, kulangkahkan kaki ku menuju UKS yang tidak jauh dari lapangan upacara.
Setibanya di ruang UKS, aku lalu membaringkan diri ku pada salah satu kasur
yang tertutup oleh tirai – tirai.
Sepertinya
aku tertidur sejenak sampai aku mendengar suara tirai di geser sedikit. Ku buka
mata ku berlahan dan melihat seorang wanita setengah baya membawa roti dan
berkata “makan dulu Nak… kamu terlihat pucat pagi – pagi begini”.
Aku lalu
duduk dan mengambil roti yang ditawarkan Ibu itu “Terimakasih Bu” kata ku
padanya.
“Apa
kamu belum sarapan?” tanya Ibu itu.
“Sudah
Bu… tapi saya hanya merasa kurang enak badan saja” jawab ku.
“Jaga
kesehatan Nak, sekarang lagi jamannya sakit. Makan dan istirahatlah yang cukup
agar tidak mengganggu aktivitas mu” Ibu itu memberi ku nasehat dengan sangat
baik.
“Terimakasih
Bu, Ibu benar – benar baik” kata ku padanya.
“Sama –
sama Nak” jawab Ibu itu.
“Ngomong
– ngomong Ibu penjaga UKS ini yah?” tanya ku.
“Iya
Nak, kalau ada kebutuhan tentang kesehatan atau apapun itu, kamu bisa datang ke
saya. Kalau saya bisa pasti akan saya bantu” jelas Ibu itu “saya tinggal
sebentar yah, kamu istirahat yang baik” lanjut Ibu itu dan keluar serta menutup
tirai penghalang ku kembali.
Ibu itu
memiliki tutur kata yang lembut dan sangat perhatian pada ku. Padahal aku baru
saja bertemu dengannya, bahkan kami tidak bertukar nama sama sekali. Ah… andai
saja saya memiliki Ibu seperti itu. Aku lalu kembali membaringkan diri ku pada
kasur itu sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi.
***
Aku
sudah memutuskan, pagi ini aku akan bolos ke UKS agar tidak panas – panasan di
waktu upacara. Aku bukannua tidak memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, hanya
saja kalau seandainya upacara hari Senin hanya untuk menaikkan bendera merah
putih rasanya tidak begitu menyiksa. Tapi, pidato kepala sekolah itu loh
membuat ku capek berdiri lama – lama di tengah lapangan.
Saat
baru sampai di depan gerbang sekolah, aku sudah bisa melihat barisan yang mulai
di bentuk anak – anak satu sekolahan. Aku ijin menaruh tas ke dalam kelas
kepada salah seorang petugas dan tumbennya kali ini aku sukses. Biasanya
petugas itu akan melarang dengan berbagai macam cara.
Bukannya
ke kelas, aku malah belok ke UKS. Bukannya sakit, tapi UKS adalah satu –
satunya tempat yang tidak akan diperiksa oleh petugas keamanan upacara. Sedikit
licik sih, tapi setidaknya aku bisa tidur di ranjang UKS.
Terdapat
empat tempat tidur yang di halangin oleh tirai dalam UKS tersebut. Aku lalu
masuk ke tempat tidur di tengah dan menutup tiarai agar tidak ada yang melihat
ku kalau sewaktu – waktu ada yang datang.
Lagi
asik baring, aku mendengar ada suara pintu terbuka. Jelas saja jantung ku
langsung berdetak sangat kencang. Setelah itu aku mendengar suara tirai di
geser dan seseorang naik ke dalam tempat tidur. Rasanya hanya ada yang lagi
kurang enak badan aja, atau anak yang bolos seperti ku juga. Padahal aku sudah
siap – siap ekting sakit jika yang masuk adalah guru piket.
Karena
penasaran, ku intip siapakah orang yang ada di kasur sebelah. Ku buka sedikit
tirai di samping ku secara berlahan – lahan. Ternyata itu Cinta si anak baru
itu. Wah… kebetulan nih, aku bisa ngobrol dengan dia. Tapi, bisa saja dia
melaporkan ku pada guru piket. Akhirnya hal itu ku urungkan.
Baru
saja hendak ku tutup tirai itu, tiba – tiba Cinta berbicara. Apa dia menyadari
kehadiran ku? Tapi, kalimatnya adalah “Terimakasih Bu” dia sedang berbicara
dengan siapa?
Masih
dengan tidak diketahui oleh Cinta, kuperhatikan segala gerak geriknya. Setelah
mengatakan terimakasih ntah dengan siapa, Cinta lalu duduk dan melakukan
beberapa pecakapan yang aku nggak tahu dengan siapa. Langsung saja bulu kuduk
ku bediri, aku ada rasa sedikit takut, apa Cinta sedang berbicara dengan
makhluk halus? Ingin rasanya ku tegur, tapi aku lebih takut lagi kalau Cinta
melaporkan ku pada guru piket.
Sudahlah,
aku coba untuk tidak menghiraukannya dan aku berjanji dengan diri ku sendiri
untuk mencari tahu siapa Cinta sebenarnya. Aku makin penasaran dengan cewek ini
rasanya.
“Hey…
apa kamu tahu tentang Ibu penjaga UKS?” tanya Cinta pada ku saat kami sedang
duduk di kelas.
Tumben –
tumbenan anak ini mengajak ku bicara. Tapi, Ibu pencaja UKS? Mana ada orang
seperti itu di sekolah kami. Paling yang menjaga UKS hanya anak – anak PMR
saja, ada sih guru tapi kalau ada yang sakitnya benar – benar parah saja “nggak
tahu, aku nggak pernah masuk UKS” jawab ku.
“Melihat
sekalipun nggak pernah?” tanya Cinta lagi.
Apa yang
dimaksudnya adalah makhluk halus yang diajaknya bicara di UKS tadi? Karena
penasaran, aku lalu bertanya “memangnya seperti apa rupanya?”
Cinta
Nampak berfikir sejenak dan berkata “kira – kira usianya sekirat 40an, badannya
sedikit berisi, rambutnya ikal se bahu, menggunakan pakaian seperti suster, itu
sih yang aku ingat”.
“Usia
40an, rambut ikal se bahu, dan berisi? Itu sih Bi Tatik penjual di kantin.
Tapi, rasanya Bi Tatik nggak pernah pakai pakaian suster sih” jelas ku pada
Cinta.
“Yaelaa…
kan yang ku tanyain bukan penjual di kantin, tapi penjaga UKS. Pernha liat
nggak?” kata Cinta.
“Nggak
sih. Kenapa emang?” tanya ku ke Cinta.
Cinta
lalu membuka kotak pensilnya dan mengambil permen “mau?” tanya Cinta sambil
menawarkan permen ke pada ku.
“Boleh”
kata ku sambil mengambil permen yang ditawarkannya.
Cinta
lalu melanjutkan pembicaraannya “tadi waktu upacara aku ke UKS dan ketemu Ibu
itu, dia baik banget nawarin aku roti”
Aku jadi
inget mitos – mitos kalau kita lagi di hutan dan ada makhluk halus yang nawarin
makanan dan kalau kita makan kita akan kebawa dalam alamnya dia, langsung aja
aku bertanya pada Citna “kamu makan?” tanya ku dengan kaget.
“Iyalah,
kan di kasih. Lagian kamu kenapa kaget gitu sih?” tanya Cinta yang bingung
dengan ekspresi ku.
“Nggak
apa – apa sih. Kamu nih aneh – aneh aja, masa nerima makanan dari orang yang
nggak kamu kenal gitu aja. Nanti di racunin, mati, mau kamu?” tanya ku pada
Cinta.
“Yaela…
itukan penjaga UKS, nggak mungkin buat aku mati” jawab Cinta.
Selanjutnya
kami hanya melakukan pembicaraan ringan saja. Aku heran dengan Cinta, dia tidak
pernah berbicara dengan orang lain selain dengan ku, itupun sangat jarang.
Orang – orang di kelas juga jadi males dekatin dia. Beberapa teman juga berkata
kalau Cinta itu aneh. Tapi bagi ku, selai tentang ibu penjaga UKS nggak ada
yang aneh dari Cinta.
***
0 komentar:
Post a Comment