Selama menjabat sebagai seorang Ketum ntah hanya perasaan aku aja atau memang mereka semakin bercerai berai 😔 Sampai aku fikir mungkin kesalahan ada di aku. Ntah lah, mungkin memang aku yang ga becus dalam menyatukan mereka semua 😔 Setelah pendakian itu kebersamaan kami masih bisa berjalan hanya beberapa minggu saja, hingga akhirnya semua di sibukkan dengan rutinitas masing - masing.
Aku ga akan menyalahkan siapapun, karena ku akuin rutinitas ku di kampus yang baru juga semakin bertambah 😞 Hingga aku sendiri kebingungan dalam mengatur jadwal.
Masalah dengan LPK juga semakin ribet aja, berkali - kali kami gantian untuk menemui direktur dari LPK tersebut untuk membicarakan mengenai Pripala Melville. Dan hasilnya, yahh kami memutuskan untuk lepas dari LPK itu 😤
Keputusan untuk lepas tentunya bukan keputusan yang mudah. Karena jika lepas pun kami ga tahu status kami di masyarakat itu seperti apa.
Sebelum lepas, kami pun sudah coba untuk mendiskusikan mengenai hal tersebut dengan beberapa mapala senior. Tapi, LPK kami itu bukab Universitas atau lembaga pendidikan setara Universitas lainnya. Masa pendidikan kami terhitung singkat, di tambah lagi dengan tuntutan kerja di tahun kedua 😩 Kalau di fikir - fikir lagi saat ini, rasanya metode pendidikan yang seperti itu semakin mempersempit ruang kritis kami sebagai mahasiswa 😩
LPK itu memang pada dasarnya mempersiapkan kami untuk menjadi karyawan di masa muda kami. Bukan menjadikan media untuk kreatif. Jadi, aku pun ga menyalahkan LPK yang dengan mudah melepas kami. Toh kami memang beda sudut pandang dan ga bisa di satukan.
Yahh... seperti itu lah, pada akhirnya kami pun berdiri sendiri. Setelah mendapat keputusan berpisah itu, kami ke mapala yang ada di Malang (aku lupa istilahnya apa, yang pasti itu kayak tempat kumpulnya mapala-mapal yang ada di Jatim).
Setelah dari sana kami mendapat kesimpulan bahwa Pripala Melville bukan lagi mapala, karena kami tidak dinaungi oleh kampus manapun. Kalau ga salah kami jadi semacam komunitas Pecinta Alam (kalau sekarang ga tau statusnya apa, mungkin masih sama).
Setelah keputusan itu di ambil, ntah kenapa rasanya keinginan ku sudah terpenuhi. Kalau ManTeman baca di part 1 aku ada nulis Dengan banyak pertimbangan, aku menerima posisi sebagai ketua umum dengan niat "ingin memperjelas status Pripala Melville" Saat itu ga ada hal yang ingin ku gapai selain itu. Yahh... memang saat itu hanya itulah yang ingin ku gapai. Tapi ada satu hal yang aku lupa "Aku tidak mendeklarasikan hal itu secara resmi dengan anggota Pripala Melville 😔
Setelah itu, aku memutuskan untuk keluar dari Pripala Melville dan melepas jabatan ku sebagai Ketum. Sebagian besar dari mereka meranggapan bahwa keluarnya aku karena adaa konflik dengan salah seorang anggota.
Tapi, walau memang pemikiran aku berbeda dengan beberapa dari mereka, aku ga pernah menyimpan dendam atau semacamnya. Aku sayang dengan semuanya tanpa terkecuali. Aku keluar karena murni keputusan yang sudah lama aku ambil.
Kembali di tahun 2015, aku memang sudah pernah mengajukan pengunduran diri. Tapi dengan berbagai masukkan dari beberapa perintis dan juga kebersamaan kami yang masih sangat erat hal itu ku batalkan. Ku akuin, saat itu memang pemikiran ku masih labil se labil labilnya.
Tapi, saat aku memutuskan untuk melepas jabatan dan organisasi itu bukan karena aku lagi dalam keadaan labil. Aku hanya sedikit lebih egois dengan apa yang aku prioritaskan. Yahh... aku jatuh cinta dengan prioritas ku yang satu ini.
Kalau dulu aku bilang mereka yang keluar karena masalah kerjaan atau pendidikan atau masalah pasangan adalah mereka yang tidak memikirkan kepentingan organisasi, mungkin saat ini aku baru sadar kalau ternyata mereka yang keluar itu mukin lagi jatuh cinta dengan hal - hal itu.
Aku keluar karena ga bisa bagi waktu antara kerja dan kuliah ku. Ditambah lagi aku ga lulus dalam satu mata kuliah karena harus menghadiri beberapa rapat. Dan aku lagi jatuh cinta dengan jurusan ku saat itu. Rasanya aku terlalu jahat dengan orang tua ku dan masa depan ku kalau aku ga menyelesaikan pendidikan yang satu ini dengan tepat waktu 😔
Alasan klasik memang. Tapi, aku harus kembali dalam tujuan utama ku saat memutuskan untuk merantau. Walau itu membuat ku meninggalkan hal - hal yang membuat ku senang 😣
Terkadang memang sulit untuk memilih dan aku benci itu. Aku takut ada masa dimana aku menyesali pilihan ku itu. Tapi, aku memang harus memilih karena kalau kedua nya aku jalanin yahh keduanya ga akan berjalan dengan seharusnya. Konsekuansinya? Aku sudah tahu dan itu memang yang harus ku tanggung.
ini foto pengurus yang baru setelah aku |
Aku sayang dengan mereka tanpa terkecuali. Dari merekalah aku belajar banyak hal, termaksud untuk tidak memandang sesuatu hanya dari satu sudut pandang dan bagaimana kita menerima perbedaan satu sama lain. Dan itu, sangat bermanfaat untuk ku 😊
Spesial untuk Pripala Melville, aku ga tahu umur organisasi itu akan bertahan sampai kapan. Tapi, aku pernah bercita - cita untuk datang ke organisasi itu bersama anak dan cucuk ku kelak dan menunjukkan kepada mereka ini lah tempat yang buat ku menjadi orang yang berpandangan luas (walau aku telah menjadi orang gagal di dalamnya).
Ini mungkin kisah spesial tentang Pripala Melville yang terakhir (ga tahu lagi kalau kedepannya ada kisah yang belum aku alami), untuk kedepannya aku sempat beberapa kali bertemu dengan Pripala Melville, tapi
Terimakasih telah membaca Catatan Anak Rantau. Semoga kedepannya aku bisa terus menuliskan kisah - kisah ku dalam blog ini 😊
Wassalamualaikum 🙇
0 komentar:
Post a Comment