Setahun sudah aku menjalani hidup di perantauan. Awalnya memang sangat berat, banyak rindunya. Tapi, lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan suasana ini. Selama bekerja, dunia ku semakin meluas. Walau sebenarnya ga ada yang benar - benar dekat dengan ku di kantorπ
Bagi ku, selama ada Anggi di Surabaya aku akan bisa merantau π ga tahu kalau tanpa Anggi π karena yang selalu bantuin aku selama di perantauan yah dia.
Walau kadang pulang kerja rasanya capek banget, pulang kuliah rasanya lelah banget, sambung rapat Pripala lagi sampai malam benar - benar larut, tapi semua itu seakan sirnah begitu saja saat makan malam dengan Anggi π
Aku benar - benar ketergantungan dengan Anggi. Sampai orang - orang tahu kalau aku Ditanya Anggi dan Anggi adalah Angginya Dita π (lebay amet Dit!!!).
Tapi ini benar - benar terjadi. Apapun yang ku lakukan pasti dengan bantuan Anggi. Dari hal kecil aja deh "cari makan" pasti bareng Anggi setiap mau makan (kecuali pas makan siang di kantor, itupun kadang - kadang makan siang bareng Anggi juga).
Aku sakit, Anggi juga yang perhatiin. Sampai suatu saat aku berfikir aku bisa apa tanpa Anggi? buka tutup botol aja Anggi yang bukain (manja amet Dit) π Hal yang paling aku takutkan adalah gimana kalau Anggi kembali ke Batam? aku sendiri? bisa apa?
Terlalu banyak moment yang buat aku tergantung dengannya. Bayangin aja, satu kelas, satu organisasi kurang apa lagi coba? kemana - mana bareng, kegiatan yang aku ikut dia juga ikut (kecuali waktu jadi panitia ospek) π
Hingga suatu hari dia bilang kalau dia akan kembali ke Batam π’ Padahal saat itu pendidikan kami belum selesai, tapi dia mau berhenti (emang sih banyak yang keluar sebelum waktunya karena alasan kecewa atau apalah itu kepada LPK tempat aku belajar). Kalian mungkin bisa bilang aku lebay atau apa, tapi aku emang belum siap untuk berpisah π’ aku tahu kalau suatu saat kita pasti akan berpisah, tapi jangan sekarang π’
Di satu sisi aku berfikir bahwa aku ga boleh egois dengan keinginan ku saja. Aku juga harus mikir masa depan Anggi π£ Aku emang butuh dia untuk selalu di samping ku, tapi dia akan lebih baik kalau di Batam π’
Setelah membicarakan semuanya dengan aku, Anggi membicarakannya dengan Pripala Melville. Walau bagaimanapun, Pripala adalah keluarga kedua kami. Selain itu, Anggi juga masih ada tanggungan jabatan di situ.
Ternyata banyak yang sayang dengan Anggi π Saat menyampaikan berita itu sebagian besar dari mereka bersedih dan sebagian lainnya blak - blak an menyampaikan ketidak setujuannya. Aku? saat itu aku hanya menyaksikan dengan raut wajah sok tegar π
Aku ingat banget itu malam minggu kami kumpul di depan Asrama Hijau (dulu belum ada sekretariat jadi kami pakai teras asrama hijau ntuk ngumpul). Setelah menyampaikan berita itu, kami ga ada yang balik asrama π malah begadang sampai pagi π terus paginya kita pergi car free day di taman bungkul π
Hari itu semuanya sedih tapi tetap ceria π dan aku benar - benar ga mau menyianyiakan sedetik pun moment dengan Anggi. Mungkin semuanya juga merasakan hal yang sama.
ini foto di depan kompleks sebelum otw Taman Bungkul |
Beberapa hari setelah kejadian itu Anggi malah bilang Aku ga jadi balik Batam π ga tahu saat itu mesti kesel atau senang π Tapi, aku jauh lebih legah π setidaknya aku ada sedikit tambahan waktu untuk mempersiapkan diri jauh dari dia. Aku masih berharap untuk wisudah bareng π dan kesempatan itu masih ada.
Aku tahu sewaktu - waktu akan ada masa dimana aku dan Anggi ga bareng lagi. Tapi setidaknya saat masa itu tiba, aku sudah jauh lebih mandiri untuk menjalani hidup ku π
Jauh dari keluarga memang membuat ku sangat ketergantungan dengan Anggi. Itu memang bukan hal yang baik. Dulu aku berfikir selama dengan Anggi rasanya aku ga butuh siapapun. Tapi, saat Anggi balik ke Batam aku bisa apa?
Terkadang mandiri itu juga perlu. Jadi, ManTeman boleh saja dekat dengan seseorang dan menyimpan harapan lebih padanya. Tapi untuk menjalani hidup tentunya kita ga boleh tergantung hanya pada satu orang. Bagus kalau orang itu selalu ada untuk kita, kalau tidak? π±
Setidaknya kita harus punya cara tersendiri untuk menjalani tiap detik dalam kehidupan kita dengan lebih produktif π Sekian kisah kali ini, terimakasih sudah setia membaca Catatan Anak Rantau π
Wassalamualaikum π
Sudah menikah pun, juga harus selalu mandiri. Kita tidak pernah tahu: suami ditugaskan ke tempat jauh berbulan-bulan, ada kesempatan beasiswa untuk istri di luar negeri, mertua sakit dan istri harus membantu merawatnya, suami mendadak mengalami musibah dan harus di rumah beberapa waktu. Nggak mungkin kita menggantungkan diri 100% pada orang lain.
ReplyDeletebener banget kak... makasih untuk pendapatnya π
Delete